Wahyu Indah Astuti
Mahasiswa Pasca Sarjana Ilmu Ekonomi Universitas
Riau
Pemilihan umum 2024 telah usai dan Prabowo Subianto bersama Gibran
Rakabuming Raka terpilih sebagai presiden dan wakil presiden. Tantangan besar
kini bukan lagi soal memenangkan suara, melainkan bagaimana menjaga persatuan
politik sekaligus menggerakkan ekonomi di tengah perubahan global. Pemerintahan
baru harus mampu merangkul berbagai kekuatan politik agar program pembangunan
berjalan lancar dan kebijakan ekonomi mendapatkan dukungan yang stabil. Dalam
konteks inilah Leader–Member Exchange (LMX) Theory—sebuah teori kepemimpinan
yang menekankan kualitas hubungan pemimpin dan anggota—menawarkan kerangka
penting untuk menata hubungan politik pasca pemilu.
Prabowo–Gibran memimpin melalui Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang sejak
awal berisi 10 partai politik. Empat di antaranya memiliki kursi di DPR, yaitu
Gerindra, Golkar, PAN, dan Demokrat. Sisanya terdiri atas empat partai
nonparlemen, yakni PBB, Gelora, PSI, dan Garuda, satu partai lokal (Partai
Aceh), serta satu partai nonpeserta Pemilu 2024 (PRIMA). Menariknya, setelah
pemilu usai PKB yang sebelumnya berada di luar lingkaran koalisi juga ikut
bergabung. Koalisi sebesar ini menjadi modal penting bagi stabilitas
pemerintahan karena dukungan politik yang luas dapat memudahkan pengesahan
kebijakan. Namun keberagaman partai dengan kepentingan berbeda juga mengandung
risiko friksi yang tidak kecil. Menjaga kekompakan koalisi agar tidak retak
adalah pekerjaan besar yang menuntut kepemimpinan yang cermat dan komunikasi
yang terencana.
LMX Theory memberi pelajaran bahwa kualitas hubungan antara pemimpin
dan setiap anggota kelompok jauh lebih penting daripada sekadar jumlah partai
dalam koalisi. Hubungan yang baik ditandai oleh kepercayaan, komunikasi
terbuka, dan rasa saling menghormati. Dalam konteks politik Indonesia, “anggota
kelompok” bukan hanya menteri atau pejabat, tetapi juga semua partai koalisi,
parlemen, pemerintah daerah, pelaku usaha, dan masyarakat sipil. Jika hubungan
ini dijaga dengan baik, koalisi akan menjadi mesin kebijakan yang stabil dan
efektif. Sebaliknya, jika pemimpin hanya fokus pada kelompok inti (in-group),
pihak yang merasa diabaikan bisa menjadi out-group yang menghambat jalannya
pemerintahan.
Mengapa kualitas hubungan ini begitu penting bagi ekonomi? Kepercayaan
pasar dan investor sangat bergantung pada stabilitas politik. Kamrussamad,
anggota Komisi XI DPR, menegaskan bahwa “stabilitas politik pasca pemilu akan
mendukung ekonomi, karena kepercayaan investor dan pasar meningkat ketika
kepastian pemerintahan tetap ada”. Pandangan ini menunjukkan bahwa koalisi yang
solid bukan hanya urusan politik, tetapi juga fondasi iklim investasi. Raden
Pardede, ekonom senior, juga mengingatkan agar para politisi memikirkan
kesinambungan pembangunan jangka panjang dan tidak terjebak pada pembagian
kekuasaan jangka pendek. Pandangan ini sejalan dengan prinsip LMX: hubungan
yang baik harus dibangun untuk tujuan besar, bukan sekadar kepentingan sesaat.
Meski begitu, koalisi yang luas bukan berarti bebas masalah. Aviliani,
ekonom senior INDEF, mengingatkan bahwa “pembagian koalisi dalam kabinet
Prabowo menunjukkan niat menjaga stabilitas, tetapi juga berisiko persinggungan
kebijakan”. Peringatan ini menegaskan bahwa koalisi besar perlu dikelola dengan
komunikasi yang intens, transparan, dan adil agar perbedaan pandangan tidak
berubah menjadi konflik yang merugikan pembangunan ekonomi.
Tantangan ekonomi Indonesia yang dihadapi pemerintahan baru juga tidak
sederhana. Program strategis seperti transisi energi, penguatan ketahanan
pangan, percepatan digitalisasi UMKM, dan hilirisasi industri menuntut
koordinasi erat antar kementerian, pemerintah daerah, pelaku usaha, dan
masyarakat. LMX Theory mendorong pemimpin untuk merangkul semua pemangku
kepentingan, bukan hanya mengeluarkan instruksi dari pusat, tetapi mengajak
mereka berdialog, merumuskan kebijakan bersama, dan memecahkan masalah secara
kolektif. Dengan cara ini, kebijakan akan lebih cepat diterapkan dan hasilnya
lebih merata.
Budaya politik Indonesia yang menekankan musyawarah dan gotong royong
menjadi modal sosial yang mendukung penerapan LMX. Nilai-nilai tersebut
mendorong dialog dan partisipasi semua pihak, membuat koalisi besar seperti KIM
bukan sekadar aliansi pragmatis, tetapi wadah kerja sama nyata untuk
kesejahteraan rakyat. Jika dikombinasikan dengan pendekatan ilmiah LMX, tradisi
musyawarah dapat memperkuat kepercayaan dan partisipasi, sekaligus menjaga
kohesi koalisi.
Koalisi yang dikelola dengan prinsip LMX juga memberi sinyal positif
bagi dunia usaha. Investor melihat kepastian kebijakan dan rendahnya risiko
politik, sehingga arus modal lebih lancar, nilai tukar lebih stabil, dan
peluang lapangan kerja baru lebih besar. Di sisi masyarakat, pemerintahan yang
inklusif akan menghasilkan kebijakan yang lebih adil dan merata, dari program
bantuan sosial hingga pembangunan infrastruktur.
Pemilu 2024 memang telah selesai, tetapi pekerjaan besar justru dimulai
sekarang. Pemerintahan baru harus mampu mengubah perbedaan politik menjadi
kekuatan kolektif. LMX Theory memberi pelajaran bahwa kunci keberhasilan bukan
hanya seberapa besar koalisi dibentuk, tetapi seberapa baik kualitas hubungan
di dalamnya. Dengan membangun kepercayaan, membuka komunikasi, dan menghormati
perbedaan, pemerintahan dapat menjaga stabilitas politik sekaligus mendorong
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Koalisi besar yang menopang pemerintahan Prabowo–Gibran adalah peluang
sekaligus ujian. Dengan 10 partai pendukung dan dukungan tambahan setelah
pemilu, potensi kerja sama terbuka lebar. Namun tanpa pengelolaan yang cermat,
perbedaan kepentingan bisa menimbulkan gesekan yang berbahaya. Pendapat
Kamrussamad, Raden Pardede, dan Aviliani menunjukkan bahwa stabilitas politik,
kesinambungan pembangunan, dan manajemen konflik adalah faktor yang saling
berkait. Dengan menerapkan prinsip Leader–Member Exchange, pemerintahan baru
berpeluang mengubah kelompok “out-group” menjadi mitra koalisi yang solid,
menjaga kepercayaan pasar, dan membawa Indonesia pada pertumbuhan ekonomi yang
inklusif dan tahan guncangan.